VIRAL - Berita Hari Ini & Sejumlah Berita Hangat |
"Ibu saya enggak tahu kalau saya ada di sini," kata seorang perempuan berjilbab.
Sofia, bukan nama sebenarnya, mengaku usianya 27 tahun. Dia keturunan Aljazair dan tinggal di Prancis. Di sudut lainnya terlihat sejumlah perempuan mengenakan jilbab bercadar hitam-hitam sedang memasak mi instan. Ada juga yang rebahan di matras dalam tenda yang panas. Begitu saja keseharian di kamp khusus istri-istri dan anak-anak petempur kelompok Negara Islam Irak dan Suriah yang ditinggalkan suami mereka berperang. Letaknya di sebelah selatan Kota Mosul, Irak. Agen Dominoqq
Perempuan Prancis tadi melanjutkan obrolan. Sofia mengaku mulanya tidak menyangka bakal berakhir seperti ini. Dia merasa dikelabui oleh sang suami, yang kabarnya tewas saat mempertahankan Mosul dari gempuran pasukan Irak. Akhirnya kota bersejarah itu kembali jatuh ke kekuasaan Irak.
Mulanya, kata Sofia, tahun lalu sang suami mengajak dia dan anak lelakinya berlibur ke Turki.
"Dia bilang 'Liburan yuk ke Turki seminggu'. Dia sudah beli tiket dan memesan kamar hotel," ujar Sofia.
Jadilah mereka berangkat. Di tengah perjalanan si suami mendadak mengubah tujuan dan malah menyeberang ke Suriah, kemudian masuk ke Irak, lantas bergabung dengan ISIS. Setelah menetap selama empat bulan di Mosul, rupanya Sofia tidak kerasan dan kabur dari sang suami menuju Kota Tal Afar Februari lalu. Dari sana dia berencana pulang ke Prancis. Sayang suaminya berhasil menemukan dia dan tak membolehkannya kembali ke Prancis. Ketika Mosul digempur pasukan Irak, suaminya berangkat berperang dengan anggota ISIS lain. Bandar Poker
"Saya enggak ngerti kenapa dia melakukan ini kepada kami. Dia hidup atau mati, saya sudah enggak peduli," ucap Sofia.
Sofia semakin sedih karena pada Juni lalu anak pertamanya tewas karena serangan roket ketika bermain. Hatinya remuk. Dia juga ternyata tiga bulan lalu melahirkan anak kedua. Dia dikaruniai bayi perempuan.
Setelah posisi mereka semakin terdesak, Sofia bersama sejumlah istri pengikut ISIS memilih menyerahkan diri ke Kota al-Ayadiyah. Sebuah kota kecil dekan Tal Afar. Di sana terdapat pos pemeriksaan dijaga oleh pasukan Peshmerga dari etnis Kurdi. Ternyata karena saking dianggap berbahaya, ketika menyerah pun mereka ditembaki dan dibom. Judi Online
Kenyataan itu harus dihadapi banyak istri-istri petempur ISIS. Mereka kini terlantar setelah suami mereka tewas atau ditangkap militer Irak, Suriah, atau Kurdi. Tidak tahu harus ke mana karena dokumen kewarganegaraan mereka sebagian besar sudah dilenyapkan.
Masalahnya adalah, posisi istri-istri petempur dan anak-anak ISIS itu sangat rentan. Sebagian warga Irak kini harus mengungsi dan menyimpan dendam terhadap ISIS menjadikan mereka sasaran buat meluapkan amarah.
"Makanya mereka kami pisahkan dan awasi dengan ketat. Itu demi keamanan mereka," kata seorang petugas intelijen Irak mengurus kamp istri-istri petempur ISIS itu.
Dilansir dari Reuters, Senin (11/9), Dewan Pengungsi Norwegia yang membantu sekitar 541 istri dan anak petempur ISIS menyatakan harus ada tindakan cepat buat menentukan nasib mereka. Sebab, sebagai manusia mereka juga berhak dilindungi, dibantu, dan diberi informasi. Hanya saja tidak seluruhnya sepakat. Negara-negara Barat justru khawatir jika para petempur ISIS dan istri beserta anak mereka dipulangkan bakal membuat masalah baru. Prancis salah satu yang bersikap keras. Mereka membiarkan warganya yang bergabung dengan ISIS diadili di Irak.
"Garis besarnya adalah orang dewasa yang ikut ISIS akan disidang di Irak. Kalau soal anak-anak akan menerima bantuan dari dinas sosial di Prancis," ujar sumber di Kementerian Luar Negeri Prancis.
Walau bagaimanapun, proses hukum terhadap orang-orang seperti Sofia harus benar-benar adil. Sebab, banyak dari mereka tidak turun dalam medan pertempuran dan banyak diperdaya oleh suami atau perekrutnya. Kini ketika ISIS sudah tercerai berai, mereka cuma bisa meratapi nasib. Agen Bandarq