Tampilkan postingan dengan label Nasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nasional. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Oktober 2017

SEGERA DIBACA SEBELUM DIHAPUS.!! Pesan Telak KOPASSUS Untuk PKI Yang Sekarang Mulai Bangkit !!


MUJAHIDIN INDONESIA BERITA VIRAL - JANGAN BUAT LELAH DIRIMU BERCERAI BERAI DENGAN SAUDARAMU

APAKAH ENGKAU LENGAH KALAU MEREKA TELAH TERLAHIR KEMBALI DENGAN BENTUK YANG BARU

BACA PELAN-PELAN LEHER KITA PASTI PUTUS CUMA-CUMA KALAU KITA LALAI

(PKI Thn. 1960 s/d Sekarang).

Untuk kewaspadaan nasional jangan lupa dengan sejarah agar dijadikan pelajaran jangan melakukan kesalahan yang sama.

1. Tahun 1960 : Soekarno meluncurkan slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dengan demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.

2. Tanggal 17 Agustus 1960 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustuts 1960 tentang PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) dengan dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.

3. Pertengahan Tahun 1960 : Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 (dua) juta orang.

4. Bulan Maret 1962 : PKI resmi masuk dalam pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.

5. Bulan April 1962 : Kongres PKI.

6. Tahun 1963 : PKI memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dengan Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara” melawan Malaysia.

7. Tanggal 10 Juli 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.

8. Tahun 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : KH. Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH. Isa Anshari, KH. Mukhtar Ghazali, KH. EZ. Muttaqien, KH. Soleh Iskandar, KH. Ghazali Sahlan dan KH. Dalari Umar.

9. Bulan Desember 1964 : Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yang didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.

10. Tanggal 6 Januari 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1 / KOTI / 1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah memfitnah PKI

11. Tanggal 13 Januari 1965 : Dua sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) menyerang dan menyiksa peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan pelajar wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mush-haf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.

12. Awal Tahun 1965 : PKI dengan 3 juta anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani, BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).

13. Tanggal 14 Mei 1965 : Tiga sayap organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut perkebunan negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dengan menangkap dan menyiksa serta membunuh Pelda Sodjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.

14. Bulan Juli 1965 : PKI menggelar pelatihan militer untuk 2000 anggotanya di Pangkalan Udara Halim dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara”, dan dibantu oleh unsur TNI Angkatan Udara.

15. Tanggal 21 September 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.

16. Tanggal 30 September 1965 Pagi : Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.

17. Tanggal 30 September 1965 Malam : Terjadi Gerakan G30S / PKI atau disebut juga GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) :

a. PKI menculik dan membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA – Halim, mereka adalah : Jenderal Ahmad

Yani, Letjen R.Suprapto, Letjen MT Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen Panjaitan dan Mayjen Sutoyo Siswomiharjo.

b. PKI juga menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution.

c. PKI pun membunuh AIP KS Tubun seorang Ajun Inspektur Polisi yang sedang bertugas menjaga rumah kediaman Wakil PM Dr. J. Leimena yang bersebelahan dengan rumah Jenderal AH Nasution.

d. PKI juga menembak putri bungsu Jenderal AH Nasution yang baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani Nasution, yang berusaha menjadi perisai ayahandanya dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhirnya wafat pada tanggal 6 Oktober 1965.

e. G30S / PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan Pasukan Pringgondani dipimpin

Mayor Udara

Sujono, serta Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi.

f. Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah perwira ABRI / TNI dari berbagai angkatan, antara lain :

Angkatan Darat : Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, Brigjen TNI Soepardjo dan Kolonel Infantri A. Latief

Angkatan Laut : Mayor KKO Pramuko Sudarno, Letkol Laut Ranu Sunardi dan Komodor Laut Soenardi

- Angakatan Udara : Men / Pangau Laksyda Udara Omar Dhani, Letkol Udara Heru Atmodjo dan Mayor Udara Sujono

- Kepolisian : Brigjen Pol. Soetarto, Kombes Pol. Imam Supoyo dan AKBP Anwas Tanuamidjaja.

18. Tanggal 1 Oktober 1965 : PKI di Yogyakarta juga membunuh Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiono. Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuknya DEWAN REVOLUSI baru yang telah mengambil alih kekuasaan.

19. Tanggal 2 Oktober 1965 : Soeharto mnegambil alih kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut pangkalan udara Halim dari PKI.

20. Tanggal 6 Oktober 1965 : Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.

21. Tanggal 13 Oktober 1965 : Ormas Anshor NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di seluruh Jawa.

22. Tanggal 18 Oktober 1965 : PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk pengajian. Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah keracunan mereka dibantai oleh PKI dan jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa / Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi.Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshor yang dibantai, dan ada beberapa pemuda yang selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi saksi mata peristiwa. Persitiwa tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.

23. Tanggal 19 Oktober 1965 : Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.

24. Tanggal 11 November 1965 : PNI dan PKI bentrok di Bali.

25. Tanggal 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta dihukum mati.

26. Bulan Desember 1965 : Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.

27. Tanggal 11 Maret 1966 : Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberi wewenang penuh kepada Soeharto untuk mengambil langkah pengamanan Negara RI.

28. Tanggal 12 Maret 1966 : Soeharto melarang secara resmi PKI.

29. Bulan April 1966 : Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.

30. Tanggal 13 Februari 1966 : Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : ”Di Indonesia ini tidak ada partai yang pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar PKI…”

31. Tanggal 5 Juli 1966 : Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS – RI Jenderal TNI AH Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.

32. Bulan Desember 1966 : Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1967.

33. Tahun 1967 : Sejumlah kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di di wilayah terpencil di Selatan Blitar bersama kaum Tani PKI.

34. Bulan Maret 1968 : Kaum Tani PKI di Selatan Blitar menyerang para pemimpin dan kader NU, sehingga 60 (enam puluh) orang NU tewas dibunuh.

35. Pertengahan 1968 : TNI menyerang Blitar dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI.

36. Dari tahun 1968 s/d 1998 : Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasinya dilarang di seluruh Indonesia dengan dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966.

37. Dari tahun 1998 s/d 2015 : Pasca Reformasi 1998 Pimpinan dan Anggota PKI yang dibebaskan dari penjara, beserta keluarga dan simpatisannya yang masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan fakta sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN pejuang kemerdekaan RI. Dan Ideologi Komunis tidak akan pernah mati, selama Syetan masih ada di dunia ini.

38. Di Jogokaryan Kotagede Yogyakarta, PKI bikin ludruk/kesenian rakyat lakonya ; MATINE GUSTI ALLAH = MATINYA TUHAN ALLAH.

SUMPAH PRAJURIT NKRI :

"CAMKAN OLEH KALIAN PARA KOMUNIS YANG TELAH LAHIR DI NEGERI KU INI, BERGERAK KALIAN MENGHABISI PARA ULAMA, PARA JENDRAL, PARA TOKOH DAN RAKYAT BANGSA INI. DETIK ITU JUGA KALIAN AKAN MATI"

Catatan :

A. Nama kalian sudah ada dalam daftar target kami walaupun kalian bersembunyi di balik Partai politik

B. Kekuasaan yang akan kalian bangun sudah kami ikuti kemana arah kalian

C. Sumpah kami demi NKRI tidak peduli walau kami harus menghabisi Pemimpin tinggi yang akan merusak Bangsa ini

"SAATNYA KAMI LAHIR, DATANG, BERGERAK, DAN MENUMPAS"

Ttd.

KOPASUSPEMKOM

(Komando Pasukan Khusus Pembasmi Komunis).(sumber: portalmiliter)

Pasca Menang di Praperadilan, Begini Kondisi Kesehatan Novanto, Lho Kok???


Jakarta - Kondisi kesehatan Setya Novanto dikabarkan telah membaik. Ketua DPR itu pun disebut akan pulang dari RS Premier Jatinegara pada Senin (2/10) besok.

Pantauan detikcom, Minggu (1/10) barang-barang milik Novanto telah dibawa keluar tadi pagi. Tampak mobil Toyota Alphard warna hitam berpelat B 11 FPG yang biasa dipakai Novanto mengangkut barang-barang dari dalam rumah sakit sekitar pukul 10.09 WIB.

Selain itu, ada pula mobil Toyota Crown Royal Saloon warna hitam berpelat B 1972 RFS yang terparkir di lokasi. Namun mobil itu sudah meninggalkan rumah sakit pukul 11.19 WIB dengan kawalan motor patwal.

Kemudian pada pukul 15.00 WIB, mobil Alphard yang tadinya mengangkut barang-barang Novanto terlihat meninggalkan rumah sakit. Hingga saat ini, belum ada informasi resmi yang disampaikan pihak rumah sakit.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Novanto telah diizinkan pulang dari rumah sakit. Novanto rencananya akan pulang pada Senin (2/10).

Novanto sudah dirawat selama 14 hari di RS Premier, Jatinegara, Jakarta timur. Novanto sebelumnya harus menjalani operasi di RS Premier Jatinegara. Ketum Partai Golkar itu mengalami sakit gula darah dan jantung.

Hingga Jumat (29/9) saat hakim tunggal Cepi Iskandar mengabulkan sebagian permohonan praperadilan, Novanto masih terbaring di rumah sakit. "Setahu kami, beliau masih dalam keadaan sakit," kata kuasa hukum Novanto, Agus Trianto, ketika dihubungi detikcom, Jumat (29/9/2017).(detik)

Sabtu, 23 September 2017

Mantan Wapres: Amien Rais Pengkhianat Bangsa!


Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Try Sutrisno menuding mantan Ketua MPR Amien Rais sebagai pengkhianat bangsa. Hal ini diungkapkan lantaran dirinya mengaku kecewa dengan Amien.

Try pun mengisahkan jika saat itu, Amien tak menepati janjinya ketika amandemen UUD 1945 di era reformasi. Padahal dia sudah mengingatkan Amien terkait rencana melakukan amandemen UUD 1945 adalah sebuah langkah keliru.

“Saya selalu ingatkan Amien Rais waktu amandemen empat kali dan saat ini dia mengaku salah,” ujar Try kepada wartawan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (22/9/2017).

Try melanjutkan, dia masih ingat betul saat bertemu dengan Amien di Aula Gatot Soebroto Mabes TNI belasan tahun lalu. Saat itu Amien meminta maaf kepada Try agar tak marah dengan langkahnya yang nekat mengamandemen UU.

“Dia menyampaikan, ‘Pakde enggak usah khawatir, enggak usah gelisah karena kita amandemen itu ada kesepakatan MPR-nya,” ucap Try yang mengenakan batik kuning ini.

Namun Try hanya menemukan lima kesepakatan dari enam kesepakatan yang sebelumnya dijanjikan Amien Rais akan disertakan dalam amandemen UUD 1945 tersebut.

“NKRI tidak diotak-atik, UUD tetap harus itu, sistem presidensial tetap akan diperkuat, check and balance dipertajam, penjelasan UUD yang objektif akan dijadikan materi dan terakhir ini dilakukan dengan cara adendum,” ungkap Purnawirawan Jenderal ini.

Kekecewaan Try kepada Amien bertambah karena hasil amandemen tidak dilakukan oleh MPR yang saat digawangi oleh Amien. Try bahkan menyebut Amien sebagai pengkhianat bangsa karena tak konsisten menerapkan amandemen UUD.

“Tetapi setelah diketok dan empat kali diamandemen itu, kesepakatan semuanya tidak dijalankan oleh MPR sesuai dengan catatan. Kalau kata orang Pak Ali Sadikin lebih keras bicara, pengkhianat bangsa ini Amien Rais,” tutupnya.(kriminalitas)

Inilah Jendral TNI yang Paling Ditakuti oleh PKI!


Setelah menumpas G30S di Jakarta, Pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) bergerak ke Jawa Tengah. Salah satu kota sasaran RPKAD adalah Solo yang saat itu menjadi salah satu basis PKI.

RPKAD mulai memasuki Solo sekitar akhir Oktober 1965. Kedatangan komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo dan pasukannya disambut aksi mogok kerja Serikat Buruh Kereta Api (SBKA) di Stasiun Solo Balapan.

Mereka hanya duduk-duduk di pinggir rel. Kereta dari Yogyakarta, Semarang, Madiun dan tujuan lain tertahan di Solo.

Kolonel Sarwo pun berdialog dengan para buruh tersebut. Wartawan Senior Hendro Subroto melukiskan peristiwa itu dalam buku 'Perjalanan Seorang Wartawan Perang' yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan.

Sarwo yang berkaca mata hitam berteriak. "Siapa yang mau mogok, berkumpul di sebelah kiri saya."

Hening. Tak ada yang bergerak. Sarwo berteriak lagi. "Siapa yang tidak mau mogok supaya

berkumpul di sebelah kanan saya. Saya beri waktu lima menit!"

Ternyata semua pekerja itu berkumpul di sebelah kanan Sarwo. Tak ada satu pun yang berdiri di kiri. "Lho ternyata tidak ada yang mau mogok. Kalau begitu jalankan kereta api," kata Sarwo.

Para pekerja itu bergerak ke pos masing-masing. Mogok kerja berakhir, kereta pun berjalan kembali.

Di Jawa Tengah, pasukan ini juga kerap melakukan show of force. Mereka konvoi keliling kota dengan panser dan puluhan truk pasukan RPKAD. Para prajurit melambai-lambaikan tangan dengan ramah pada masyarakat yang semula takut. Strategi itu berhasil, rakyat menyambut sementara para pendukung G30S mulai ciut.

Sekain konvoi, Sarwo juga berorasi di rapat umum yang dihadiri ribuan massa. Sarwo mencoba menggerakan rakyat agar berani melawan PKI.

"Siapa yang bersedia dipotong lehernya dibayar seribu rupiah?" teriak Sarwo. Massa terdiam.

"Sepuluh ribu rupiah?" Massa masih diam.

"Seratus ribu? Sejuta? Sepuluh juta?" lanjut Sarwo pada massa yang terdiam.

"Jika dibayar Rp 10 juta saja kalian tidak mau dipotong lehernya, jangan berikan leher kalian secara gratis pada PKI. Kalian lawan PKI. Jika kalian takut, ABRI berada di belakang kalian. Jika kalian merasa tidak mampu, ABRI bersedia melatih," kata Sarwo disambut sorak sorai massa.

Ucapan Sarwo Edhie benar-benar dilakukan. RPKAD melatih pemuda-pemuda maupun aktivis ormas antikomunis. Rakyat ikut bangkit melawan PKI.

Merekalah yang kelak menjadi jagal bagi para anggota PKI, atau simpatisan, atau orang yang dituding sebagai PKI. Sejarah kemudian mencatat pembantaian massal terjadi di Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Sarwo Edhie mencatat korban tewas tak kurang dari 3 juta orang.(mdk)

Panglima TNI: Polisi Tidak Boleh Miliki Senjata yang Bisa Menembak Tank, Saya Serbu Kalau Ada!


JAKARTA - Panglima TNI menegaskan tidak boleh di NKRI ada institusi yang memiliki senjata selain TNI dan Polri, pernyataan Jenderal Gatot tersebut disampaikan pada saat acara silaturahmi TNI dengan purnawirawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jumat (22/9) kemarin.

“Bahkan polisipun tidak boleh memiliki senjata yang bisa menembak tank, dan bisa menembak pesawat, dan bisa menembak kapal, saya serbu kalau ada,” ungkap Jenderal Gatot yang disambut riuh tepuk-tangan hadirin.

Ditegaskan Panglima TNI hal ini merupakan ketentuan, karena kalau mencoba secara hukum sudah tidak bisa, bhayangkari itu yang akan muncul.

Rekaman pernyataan Panglima TNI yang dilansir salah satu media elektronik terkemuka tersebut, belakangan beredar di jejaring sosial.

“Situasi yang sekarang ini yang sama-sama kita harus waspadai, ada semacam etika politik yang tidak bermoral, atau dikatakan tepatnya saat ABRI yang dulu, itu terjadi sekarang ini.

Sehingga suatu saat apabila kami yang junior-junior ini melakukan langkah yg diluar kepatutan para senior itu yang kami anggap sebagai membahayakan NKRI, tapi datanya kami pasti akurat. Ada kelompok institusi yang akan membeli 5000 pucuk senjata, bukan militer. Ada itu pak, ada yang memaksa, ada yang mempidanakan untuk apa..? ada , dan data-data kami, intelijen kami, akurat “, ungkap Jenderal Gatot.

Kami masuk pada rule-rule intinya, tapi hanya untuk kami saja itu pak, Karena kalau tidak pak, bahkan TNI pun akan dibeli, tidak semuanya disini bersih pak, jujur saya katakan ada yang sudah punya keinginan dengan cara yang amoral untuk mendapatkan jabatan.

“Dan itu saya berjanji mereka akan saya buat merintih, bukan hanya menangis, biarpun itu jenderal, karena ini berbahaya. Kalau sudah TNI ditarik ke politik selesai negara ini, ujung-ujungnya nanti kita tak bisa berbuat apa-apa lagi, UU Pidana Militer masuk kesana masuk itulah awal dari perkelahian dan itulah awal dari kehancuran negara maka apapun akan kami lakukan, jadi mohon doa restu saja. Memakai nama presiden, seolah-olah itu dari presiden yang berbuat padahal saya yakin itu bukan presiden. Informasi yang saya dapat bisa kalau bukan dari A1 tidak akan saya sampaikan disini,” kata Jenderal Gatot.

“Saya pikir sebagai seorang manusia, saya sebagai prajurit dianugerahi sebagai Panglima TNI itu sudah puncaknya pak, sebagai seorang orang tua, anak saya dua-duanya sudah menikah sudah S2 dan sudah punya cucu pak, jadi sebagai prajurit sudah sampai level atas tinggal pengabdian saja pak,” imbuhnya.

Jadi ini akhir yang mungkin pak Wiranto tahu tapi mungkin beliau lebih soft, tapi itu yang terjadi pak, sampai saya tolak saya katakan, kita akan intip terus, kalau itu ada akan kita serbu, jadi kalau satu saat kami menyerbu pak itu tidak boleh di NKRI ada institusi yang memiliki senjata selain TNI dan Polri.

Bahkan polisipun tidak boleh memiliki senjata yang bisa menembak tank, dan bisa menembak pesawat, dan bisa menembak kapal, saya serbu kalau ada, “ungkap Jenderal Gatot tepuk-tangan hadirin.

“Ini ketentuan, karena kalau mencoba secara hukum sudah tidak bisa, bhayangkari itu yang akan muncul,” pungkas Gatot.(dmk)